Minggu, 25 September 2011

ANAK AUTIS

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Gangguan autis pada anak memperlihatkan ketidak mampuan anak tersebut untuk berhubungan dengan orang lain, yang biasanya terlihat sebelum usia 2,5 tahun dan ditandai dengan gangguan pada bicara dan bahasa, mobilitas, persepsi dan hubungan interpersonal. Anak yang autistic biasanya tidak memiliki kesadaran terhadap orang lain dan gagal membangun hubungan interpersonal bahkan dengan orang tuanya. Gangguan ini terjadi pada 5 dari setiap 10.000 anak, lebih banyak mengenai anak laki-laki dari pada anak perempuan.
Penyebab autis sejauh ini belum diketahui dengan pasti, namun diduga kuat berkaitan dengan factor keturunan, khususnya hubungan antara ibu dan janin selama masa kehamilan. Terapi yang tepat untuk anak autis sangat individual. Untuk itu dibutuhkan seorang yang ahli dalam terapi autis untuk mengenali dan memberikan apa yang dibutuhkan oleh sang anak agar dapat tumbuh kembang secara baik. Salah satu terapi yang digunakan adalah dengan meningkatkan kemampuan untuk berbagi (sharing) sehingga dapat mendorong mereka untuk lebih berinteraksi dengan lingkungangnya.

B.     Rumusan masalah
1.      Apa definisi dari autis?
2.      Apa penyebab timbulnya autis?
3.      Apa manifestasi klinis penderita autis?
4.      Bagaimana ciri-ciri penderita autis
5.      Bagaimana penatalaksanaan penderita autis?
6.      Bagaimana asuhan keperawatan pada anak autisme?

C.    Tujuan
1.      Mengetahui definisi dari autis
2.      Mengetahui penyebab timbulnya autis
3.      Mengetahui manifestasi klinis dari penderita autis
4.      Mengetahui ciri-ciri penderita autis
5.      Mengetahui penatalaksanaan penderita autis
6.      Mengetahui asuhan keperawatan pada anak autisme


BAB II
TINJAUAN TEORI

A.    Pengertian Autisme
Autisme masa kanak-kanak dini adalah penarikan diri dan kehilangan kontak dengan realitas atau orang lain. Pada bayi tidak terlihat tanda dan gejala (Sacharin, R, M, 1996 : 305).
Autisme Infantil adalah Gangguan kualitatif pada komunikasi verbal dan non verbal, aktifitas imajinatif dan interaksi sosial timbal balik yang terjadi sebelum usia 30 bulan (Behrman, 1999: 120).
Autisme menurut Rutter 1970 adalah Gangguan yang melibatkan kegagalan untuk mengembangkan hubungan antar pribadi (umur 30 bulan), hambatan dalam pembicaraan, perkembangan bahasa, fenomena ritualistik dan konvulsif (Sacharin, R, M, 1996: 305), Autisme pada anak merupakan gangguan perkembangan pervasif (DSM IV, Kapla dan Sadock 2000).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa autisme adalah gangguan perkembangan pervasif, atau kualitatif pada komunikasi verbal dan non verbal, aktivitas imajinatif dan interaksi sosial timbal balik berupa kegagalan mengembangkan hubungan antar pribadi (umur 30 bulan), hambatan dalam pembicaraan, perkembangan bahasa, fenomena ritualistik dan konvulsif serta penarikan diri dan kehilangan kontak dengan realitas.

B.     Epidemiologi
Prevalensi 3-4 per 1000 anak. Perbandingan laki-laki dari wanita 3-4:1. Penyakit sistemik, infeksi dan neurologi (kejang) dapat menunjukan gejala seperti austik.

C.    Etiologi
Penyebab Autisme diantaranya:
1.      Genetik (80% untuk kembar monozigot dan 20% untuk kembar dizigot) terutama pada keluarga anak austik (abnormalitas kognitif dan kemampuan bicara)
2.      Kelainan kromosim (sindrom x yang mudah pecah atau fragil).
3.      Neurokimia (katekolamin, serotonin, dopamin belum pasti).
4.      Cidera otak, kerentanan utama, aphasia, defisit pengaktif retikulum, keadaan tidak menguntungkan antara faktor psikogenik dan perkembangan syaraf, perubahan struktur serebellum, lesi hipokompus otak depan.
5.      Penyakit otak organik dengan adanya gangguan komunikasi dan gangguan sensori serta kejang epilepsi.
6.      Lingkungan terutama sikap orang tua, dan kepribadian anak.
Gambaran Autisme pada masa perkembangan anak dipengaruhi oleh
Pada masa bayi terdapat kegagalan mengemong atau menghibur anak, anak tidak berespon saat diangkat dan tampak lemah. Tidak adanya kontak mata, memberikan kesan jauh atau tidak mengenal. Bayi yang lebih tua memperlihatkan rasa ingin tahu atau minat pada lingkungan, bermainan cenderung tanpa imajinasi dan komunikasi pra verbal kemungkinan terganggu dan tampak berteriak-teriak.

Pada masa anak-anak dan remaja, anak yang autis memperlihatkan respon yang abnormal terhadap suara anak takut pada suara tertentu, dan tercengang pada suara lainnya. Bicara dapat terganggu dan dapat mengalami kebisuan. Mereka yang mampu berbicara memperlihatkan kelainan ekolialia dan konstruksi telegramatik. Dengan bertumbuhnya anak pada waktu berbicara cenderung menonjolkan diri dengan kelainan intonasi dan penentuan waktu. Ditemukan kelainan persepsi visual dan fokus konsentrasi pada bagian prifer (rincian suatu lukisan secara sebagian bukan menyeluruh). Tertarik tekstur dan dapat menggunakan secara luas panca indera penciuman, kecap dan raba ketika mengeksplorais lingkungannya.
Pada usia dini mempunyai pergerakan khusus yang dapt menyita perhatiannya (berlonjak, memutar, tepuk tangan, menggerakan jari tangan). Kegiatan ini ritual dan menetap pada keaadan yang menyenangkan atau stres. Kelainann lain adalh destruktif, marah berlebihan dan akurangnya istirahat.
Pada masa remaja perilaku tidak sesuai dan tanpa inhibisi, anak austik dapat menyelidiki kontak seksual pada orang asing.

D.    Cara Mengetahui Autisme Pada Anak
Anak yang mengalami autisme dapat dilihat dengan cara membandingkan anak yang normal dengan anak yang menderita autis. Anak mengalami autisme dapat dilihat dengan:
1.      Orang tua harus mengetahui tahap-tahap perkembangan normal.
Dengan mengidentivikasi kebiasaan sehari-haridari perilaku anak, apa perilaku anak ada perbedaan dengan perilaku anak yang lainnya.
2.      Orang tua harus mengetahui tanda-tanda autisme pada anak.
Akan lebih baik jika orang tua mencari informasi tentang autis meski tidak secara mendalam. Pengetahuan orang tua sangatlah penting mengingat deteksi dapat dilakukan secara mandiri oleh orang tuanya sendiri.
3.      Observasi orang tua, pengasuh, guru tentang perilaku anak dirumah, diteka, saat bermain, pada saat berinteraksi sosial dalam kondisi normal.
Hampir sama dengan poin nomor satu, namun disini kita lebih menekankan pada interaksi dengan teman sebayanya baik di rumah maupun di sekolah.

E.     Manifestasi Klinis
1.   Manifestasi klinis yang ditemuai pada penderita Autisme :
a.       Penarikan diri, Kemampuan komunukasi verbal (berbicara) dan non verbal yang tidak atau kurang berkembang mereka tidak tuli karena dapat menirukan lagu-lagu dan istilah yang didengarnya, serta kurangnya sosialisasi mempersulit estimasi potensi intelektual kelainan pola bicara, gangguan kemampuan mempertahankan percakapan, permainan sosial abnormal, tidak adanya empati dan ketidakmampuan berteman. Dalam tes non verbal yang memiliki kemampuan bicara cukup bagus namun masih dipengaruhi, dapat memperagakan kapasitas intelektual yang memadai. Anak austik mungkin terisolasi, berbakat luar biasa, analog dengan bakat orang dewasa terpelajar yang idiot dan menghabiskan waktu untuk bermain sendiri.
b.      Gerakan tubuh stereotipik, kebutuhan kesamaan yang mencolok, minat yang sempit, keasyikan dengan bagian-bagian tubuh.
c.       Anak biasa duduk pada waktu lama sibuk pada tangannya, menatap pada objek. Kesibukannya dengan objek berlanjut dan mencolok saat dewasa dimana anak tercenggang dengan objek mekanik.
d.      Perilaku ritualistik dan konvulsif tercermin pada kebutuhan anak untuk memelihara lingkungan yang tetap (tidak menyukai perubahan), anak menjadi terikat dan tidak bisa dipisahkan dari suatu objek, dan dapat diramalkan .
e.       Ledakan marah menyertai gangguan secara rutin.
f.       Kontak mata minimal atau tidak ada.
g.      Pengamatan visual terhadap gerakan jari dan tangan, pengunyahan benda, dan menggosok permukaan menunjukkan penguatan kesadaran dan sensitivitas terhadap rangsangan, sedangkan hilangnya respon terhadap nyeri dan kurangnya respon terkejut terhadap suara keras yang mendadak menunjukan menurunnya sensitivitas pada rangsangan lain.
h.      Keterbatasan kognitif, pada tipe defisit pemrosesan kognitif tampak pada emosional
i.        Menunjukan echolalia (mengulangi suatu ungkapan atau kata secara tepat) saat berbicara, pembalikan kata ganti pronomial, berpuisi yang tidak berujung pangkal, bentuk bahasa aneh lainnya berbentuk menonjol. Anak umumnya mampu untuk berbicara pada sekitar umur yang biasa, kehilangan kecakapan pada umur 2 tahun.
j.        Intelegensi dengan uji psikologi konvensional termasuk dalam retardasi secara fungsional.
k.      Sikap dan gerakan yang tidak biasa seperti mengepakan tangan dan mengedipkan mata, wajah yang menyeringai, melompat, berjalan berjalan berjingkat-jingkat.
2.      Cara mengetahui autis pada anak juga dapat dilihat dari interval umur anak tersebut, karena tanda autis berbeda pada setiap interval umurnya:
a.       Pada usia 6 bulan sampai 2 tahun anak tidak mau dipeluk atau menjadi tegang bila diangkat, cuek menghadapi orangtuanya, tidak bersemangat dalam permainan sederhana (ciluk baa atau kiss bye), anak tidak berupaya menggunakan kat-kata. Orang tua perlu waspada bila anak tidak tertarik pada boneka atau binatan gmainan untuk bayi, menolak makanan keras atau tidak mau mengunyah, apabila anak terlihat tertarik pada kedua tangannya sendiri.
b.      Pada usia 2-3 tahun dengan gejal suka mencium atau menjilati benda-benda, disertai kontak mata yang terbatas, menganggap orang lain sebagai benda atau alat, menolak untuk dipeluk, menjadi tegang atau sebaliknya tubuh menjadi lemas, serta relatif cuek menghadapi kedua orang tuanya.
c.       Pada usia 4-5 tahun ditandai dengan keluhan orang tua bahwa anak merasa sangat terganggu bila terjadi rutin pada kegiatan sehari-hari. Bila anak akhirnya mau berbicara, tidak jarang bersifat ecolalia (mengulang-ulang apa yang diucapkan orang lain segera atau setelah beberapa lama), dan anak tidak jarang menunjukkan nada suara yang aneh, (biasanya bernada tinggi dan monoton), kontak mata terbatas (walaupun dapat diperbaiki), tantrum dan agresi berkelanjutan tetapi bisa juga berkurang, melukai dan merangsang diri sendiri.
3.      Ciri yang khas pada anak yang austik :
a.       Defisit keteraturan verbal.
b.      Abstraksi, memori rutin dan pertukaran verbal timbal balik.
c.       Kekurangan teori berfikir (defisit pemahaman yang dirasakan atau dipikirkan orang lain).
4.      Menurut Baron dan kohen 1994 ciri utama anak autisme adalah:
a.       Interaksi sosial dan perkembangan sossial yang abnormal.
b.      Tidak terjadi perkembangan komunikasi yang normal.
c.       Minat serta perilakunya terbatas, terpaku, diulang-ulang, tidak fleksibel dan tidak imajinatif.
Ketiga-tiganya muncul bersama sebelum usia 3 tahun.

F.     Pengobatan
Orang tua perlu menyesuaikan diri dengan keadaan anaknya, orang tua harus memeberikan perawatan kepada anak temasuk perawat atau staf residen lainnya. Orang tua sadar adanaya scottish sosiety for autistik children dan national sosiety for austik children yang dapat membantu dan dapat memmberikan pelayanan pada anak autis. Anak autis memerlukan penanganan multi disiplin yaitu terapi edukasi, terapi perilaku, terapi bicara, terapi okupasi, sensori integasi, auditori integration training (AIT),terapi keluarga dan obat, sehingga memerlukan kerja sama yang baik antara orang tua , keluarga dan dokter.
Pendekatan terapeutik dapat dilakukan untuk menangani anak austik tapi keberhasilannya terbatas, pada terapi perilaku dengan pemanfaatan keadaan yang terjadi dapat meningkatkan kemahiran berbicara. Perilaku destruktif dan agresif dapat diubah dengan menagement perilaku.
Latihan dan pendidikan dengan menggunakan pendidikan (operant konditioning yaitu dukungan positif (hadiah) dan hukuman (dukungan negatif). Merupakan metode untuk mengatasi cacat, mengembangkan ketrampilan sosial dan ketrampilan praktis. Kesabaran diperlukan karena kemajuan pada anak autis lambat.
Neuroleptik dapat digunakan untuk menangani perilaku mencelakkan diri sendiri yang mengarah pada agresif, stereotipik dan menarik diri dari pergaulan sosial. Antagonis opiat dapat mengatasi perilaku, penarikan diri dan stereotipik, selain itu terapi kemampuan bicara dan model penanganan harian dengan menggunakan permainan latihan antar perorangan terstruktur dapat digunakan.
Masalah perilaku yang biasa seperti bising, gelisah atau melukai diri sendiri dapat diatasi dengan obat klorpromasin atau tioridasin. Keadaan tidak dapat tidur dapat memberikan responsedatif seperti kloralhidrat, konvulsi dikendalikan dengan obat anti konvulsan. Hiperkinesis yang jika menetap dan berat dapat ditanggulangi dengan diit bebas aditif atau pengawet.
Dapat disimpulkan bahwa terapi pada autisme dengan mendeteksi dini dan tepat waktu serta program terapi yang menyeluruh dan terpadu. Penatalaksanaan anak pada autisme bertujuan untuk:
a.       Mengurangi masalah perilaku.
b.      Meningkatkan kemampuan belajar dan perkembangan terutama bahasa.
c.       Anak bisa mandiri.
d.      Anak bisa bersosialisasi.
G.    Prognosis
Anak terutama yang mengalami bicara, dapat tumbuh pada kehidupan marjinal, dapat berdiri sendiri, sekalipun terisolasi, hidup dalam masyarakat, namun pada beberapa anak penempatan lama pada institusi merupakan hasil akhir. Prognosis yang lebih baik adalah tingakt intelegensi lebih tinggi, kemampuan berbicara fungsional, kurangnya gejala dan perilaku aneh. Gejala akan berubah dengan pertumbuhan menjadi tua. kejang-kejang dan kecelakaan diri sendiri semakin terlihat pada perkembangan usia.




BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA ANAK AUTISME

A.    PENGKAJIAN
1.      Psikososial
a.       Menarik diri dan tidak responsif terhadap orang tua
b.      Memiliki sifat menolak perubahan secara ekstrim
c.       Keterikatan yang tidak pada tempatnya dengan objek
d.      Perilaku menstimulasi diri
e.       Pola tidur tidak teratur
f.       Permainan stereotip
g.      Perilaku destruktif terhadap diri sendiri dan orang lain
h.      Tantrum yang sering
i.        Peka terhadap suara-suara yang lembut bukan pada pembicaraan
j.        Kemampuan bertutur kata menurun
k.      Menolak mengkonsumsi makanan yang tidak halus
2.      Neurologis
a.       Respon yang tidak sesuai terhadap stimulus
b.      Reflek menghisap buruk
c.       Tidak mempu menangis ketika lapar
3.      Gastrointestinal
a.       Penurunan nafsu makan
b.      Penurunan berat badan

B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Hambatan komunikasi (verbal) yang berhubungan dengan kebingungan terhadap stimulus
2.      Resiko membahayakan diri sendiri atau orang lain yang berhubungan dengan rawat inap di rumah sakit.
3.      Resiko perubahan peran orang tua yang berhubungan dengan gangguan perilaku dan sikap anak


C.    RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No.
Diagnosa
Tujuan & Krieteria Hasil
Intervensi
Rasional
1.
Hambatan komunikasi (verbal) yang berhubungan dengan kebingungan terhadap stimulus

Anak mengkomunikasikan kebutuhannya dengan menggunakan kata-kata atau gerakan tubuh yang sederhana. Konkrit: bayi dengan efektif dapat mengkomunikasikan kebutuhannya (keinginan akan makan, tidur, kenyaman, dan sebagainya).
1.      Ketika berkomunikasi dengan anak bicaralah dengan kalimat singkat yang terdiri dari satu hingga tiga kata, dan ulangi perintah sesuai yang diperlukan. Minta anak untuk melihat kepada anda ketika anda berbicara dan pantau bahasa tubuhnya dengan cerma
2.      Gunakan irama, musik, dan gerakan tubuh untuk membantu perkembangan komunikasi sampai anak dapat memahami bahasa.
3.      Bantu anak mengenali hubungan antara sebab dan akibat dengan cara menyebutkan perasaannya yang khusus dan mengidentifikasi penyebab stimulus bagi mereka
4.      Ketika berkomunikasi dengan anak, bedakan kenyataan dengan fantasi, dan pernyataan yang singkat dan jelas
5.      Sentuh dan gendong bayi, tetapi semampu yang dapat ditoleransi

1.      kalimat sederhana dan diulang-ulang mungkin satu-satunya cara komunikasi karena anak yang austistik mungkin tidak mampu mengembangkan tahap pikiran operasional yang konkrit. Kontak mata langsung mendorong anak berkonsentrasi pada pembicara serta menghubungkan pembicaraan dengan bahasa dan komunikasi. Karena artikulasi anak yang tidak jelas, bahasa tubuh dapat menjadi satu-satunya cara baginya untuk mengkomunikasikan pengenalan atau pemahamannya terhadap isi pembicaraan.
2.      gerakan fisik dan suara membantu anak mengenali integritas tubuh serta batasan-batasan sehingga mendorongnya terpisah dari objek dan orang lain
3.      memahami konsep penyebab dan efek membantu anak membangun kemampuan untuk terpisah dari objek serta orang lain dan mendong mengekspresi kebutuhan serta perasaannya melalui kata-kata
4.      biasanya anak austistik tidak mampu membedakan realitas dan fantasi, dan gagal untuk mengenali nyeri atau sensasi lain serta peristiwa hidup dengan cara yang bermakna. Menekankan perbedaan antara realitas dan fantasi membantu anak mengekspresikan kebutuhan serta perasaannya
5.      Menyentuh dan mendorong mungkin tidak membuat bayi yang austistik merasa nyaman

2.
Resiko membahayakan diri sendiri atau orang lain yang berhubungan dengan rawat inap di rumah sakit
Anak memperlihatkan penurunan kecenderungan melakukan kekerasan atau perilaku merusak diri sendiri, yang ditandai oleh frekuensi tantrum dan sikap agresif atau destruktif berkurang, serta peningkatan kemampuan mengatasi frustasi
1.      Sediakan lingkungan yang kondusif dan sebayak mungkin rutinitas sepanjang periode parawatan dirumah sakit
2.      Lakuakan intervensi keperawatan dalam sesingkat dan sering. Dekati anak dengan sikap lembut, bersahabat, dan jelaskan apa yang anda akan lakukan dengan kaliamat yang jelas dan sederhana. Apabila dibutuhkan demonstrasikan prosedur kepada orang tua.
3.      Gunakan restrain fisik selama prosedur ketika membutuhkannya, untuk memastikan keamanan anak dan untuk mengalihkan amarah dan frustasinya, untuk mencegah anak dari membenturkan kepalanya ke dinding berulang-ulang, restrain badan anak pada bagian atasnya, tetapi memperbolehkan anak untuk memukul bantal.
4.      Gunakan tehnik modifikasi perilaku yang tepat untuk menghargai perilakau positif dan menghukum perilaku yang negatif. Misalnya hargai perilaku yang positif denga cara memberikan makanan atau minuman kesukaanya; beri hukuman untuk perilaku yang negatif dengan cara mencabut hak istimewanya
5.      Ketika anak berperilaku destruktif, tanyakan apakah ia mencoba menyampaikan sesuatu, misalnaya apakah ia mengiginkan sesuatu untuk dimakan atau diminum atau apakah ia perlu pergi kekamar mandi

1.      anak yang autis dapat berkembang melalui lingkungan yang kondusif dan rutinitas, dan biasanya tidak dapat beradaptasi terhadap perubahan dalam hidup mereka. Mempertahankan program yang teratur dapat mencegah perasaan frustasi yang dapat menuntun pada ledakan kekerasan
2.      sesi yang singkat dan sering memungkinkan anak mudah mengenal perawat serta lingkungan rumah sakit. Mempertahankan sikap tenang, ramah dan mendemonstrasikan prosedur terhadap orang tua, dapat membantu anak menerima intervensi sebagai tindakan yang tidak mengancam, dapat mencegah prilaku destruktif.
3.      restrain fisik dapat mencegah anak dari tindakan mencederai diri sendiri. Biarkan anak terlibat dalam perilaku yang tidak membahayakan, misalnya membanting bantal, prilaku semacam ini memungkinkan menyalurkan amarahnya serta mengekspresikan frustasinya dengan cara yang aman
4.      memberi imbalan dan hukuman dapat membantu mengubah perilaku anak dan mencegah episode kekerasa
5.      setiap peningkatan perilaku agresif  menunjukkan perasaan stress meningkat, kemungkinan muncul dari kebutuhan untuk mengomunikasikan sesuatu

3.
Resiko perubahan peran orang tua yang berhubungan dengan gangguan perilaku dan sikap anak
Orang tua mendemonstrasikan keterampilan peran menjadi orang tua yang tepat yang ditandai oleh ungkapan kekhawatiran mereka tentang kondisi anak dan mencari nasehat serta bantuan
1.      Anjurkan orang tua mengekspresikan perasaan dan kekhawatiran mereka.
2.      Rujuk orang tua kekelompok pendukung autisme setempat dan kesekolah khusus bila diperlukan
3.      Anjurkan orang tua mengkuti konseling (bila ada).

1.      membiarkan orang tua mengekspresikan perasaan dan kehawatiran mereka tentang kondisi kronis anak. Membatu mereka beradaptasi terhadap frustasi denga lebih baik, suatu kondisi yang tampakanya cenderung meningkat
2.      kelompok pendukung memperbolehkan orang tua menemui oarang tua dari anak yang mendrita autisme untuk berbagi informasi dan memberikan dukungan emosional. Sekolah keahlian khusus menyediaka lingkungan kondusif untuk mengimplementasikan terhadap modifikasi perilaku.
3.      kontak denga kelompok swabantu membantu orang tua memperoleh informasi tentang maslah terkini, dan perkembangan yang berhubungan dengan autisme.







BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Autisme masa kanak-kanak dini adalah penarikan diri dan kehilangan kontak dengan realitas atau orang lain. Pada bayi tidak terlihat tanda dan gejala. Penyebab Autisme diantaranya :Genetik, Kelainan kromosom, Neurokimia, Cidera otak, Penyakit otak organik, Lingkungan terutama sikap orang tua, dan kepribadian anak. Manifestasi klinis yang ditemuai pada penderita Autisme : Penarikan diri, Gerakan tubuh stereotipik, Anak biasa duduk pada waktu lama sibuk pada tangannya, menatap pada objek, Perilaku ritualistik dan konvulsif, Ledakan marah, Kontak mata minimal, Pengamatan visual terhadap gerakan jari dan tangan, Keterbatasan kognitif, Menunjukan echolalia (mengulangi suatu ungkapan atau kata secara tepat) saat berbicara, Intelegensi, Sikap dan gerakan yang tidak biasa.
Anak autis memerlukan penanganan multi disiplin yaitu terapi edukasi, terapi perilaku, terapi bicara, terapi okupasi, sensori integasi, auditori integration training (AIT),terapi keluarga dan obat, sehingga memerlukan kerja sama yang baik antara orang tua , keluarga dan dokter.
Gejala akan berubah dengan pertumbuhan menjadi tua. kejang-kejang dan kecelakaan diri sendiri semakin terlihat pada perkembangan usia.

B.      Saran
1.      Bagi penulis
Kami selaku penulis senantiasa berharap penulisan makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis atau pihak lain yang membutuhkan.
2.      Bagi pembaca
Penulis menyadari bahwa makala ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saran maupun kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan penulisan makalah ini.


DAFTAR PUSTAKA

Anonym.2008.http://asuhankeperawatananak.blogspot.com/2008/09/autisme.html, Update 10 mei 2011, pukul 19.00 WIB

Behrman, Kliegman, Arvin, 1999, Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15, Alih Bahasa Prof. DR. Dr. A. Samik Wahab, Sp. A (K), EGC, Jakarta

Doenges, ME & Moorhouse, MF. 1996. Rencana perawatan maternal / bayi. EGC. Jakarta.

Sacharin, r.m, 1996, Prinsip Keperawatan Pediatrik Edisi 2, EGC, Jakarta

Speer, Katbleen Morgan. 2002. Rencana asuhan keperawatan pediatrik. EGC. Jakarta


Tidak ada komentar:

Posting Komentar